Bagi umat Kristen, Natal dan tahun baru itu ibarat satu
paket. Perayaan natal pasti akan terus berlanjut hingga tahun baru. Begitu pula
keluarga kami, selalu merayakan Natal dan tahun baru sebagai satu paket
perayaan. Seperti apa suasana natal dan tahun baru di tengah keluarga kami? Begini cerita masa kecil saya dulu ketika merayakan natal dan tahun baru.... :-D
Saya rasa sama seperti keluarga lain di kota Manado yang selalu
memasang pohon natal menjelang Natal, keluarga kami juga melakukannya. Di
keluarga kami, pohon Natal biasanya dipasang pada tanggal 1 Desember.
Dulu belum banyak pohon cemara plastik yang dijual di toko-toko. Kalaupun ada, harganya
masih cukup mahal untuk ukuran masa itu. Kebetulan di depan rumah kami ada
sejenis pohon cemara – yang dalam bahasa lokal disini disebut pohon den. Setiap tahun, pohon den di depan rumah ini selalu
harus mengorbankan sebagian dahannya untuk kami jadikan pohon natal.
Saya termasuk yang selalu bersemangat menghias pohon natal
ini. Hiasan yang kami pasang tidak selalu kami beli. Banyak pernak-pernik Natal
yang kami buat sendiri. Bahkan tidak jarang kami menggantungkan aneka
buah-buahan di pohon natal itu. Saya masih ingat, kami pernah menggantung buah
jambu air, mangga, dan jambu batu di pohon natal kami. Hasilnya: sebuah pohon natal
unik yang tidak ada duanya. Sayang, jaman itu kamera masih mahal dan
potret-memotret belumlah semudah sekarang. Kalau sudah ada, pohon natal nan
unik milik keluarga kami pasti akan terpampang di facebook, twitter, bbm, instagram,
path, dan beragam media sosial lainnya.
Selain pohon natal, kukis
mentega – istilah lokal untuk kue kering khas natal – juga seolah wajib
hukumnya di bulan Desember. Berbeda dengan jaman sekarang dimana kukis mentega mudah didapat di berbagai
supermarket bahkan dijual di pinggiran jalan, semasa saya kecil dulu, hampir
setiap rumah membuat kukis mentega sendiri.
Bagi saya sendiri, membantu mama membuat kukis mentega memiliki kenangan
tersendiri. Kadang mama memanggang kukis
mentega hingga tengah malam. Selain membantu mengisi kue-kue yang sudah
matang di toples-toples, saya juga membantu mencicipi apakah kue-kue tersebut
enak rasanya atau tidak. Yah, mirip tugas juri master chef di acara reality
show masak-memasak di televisi itu. Bedanya, para juri master chef biasanya
hanya mencicipi sepotong saja, saya bisa mencicipi hingga kekenyangan (mencicip
atau kelaparan nih?). Apalagi, kalau sampai ada yang agak gosong. Sebaki penuh
kue yang agak gosong akan menjadi jatah saya. Hahaha....
Bukan hanya rumah yang dipercantik, bahkan kuburan pun
mendapat jatah dibersihkan setiap menjelang Natal dan tahun baru. Ada tradisi
unik pada malam menjelang natal dan tahun baru di sekitar tempat saya tinggal. Selain
membersihkan kuburan sanak keluarga, ada perang petasan dan kembang api juga di
lahan pekuburan. Perang itu diwarnai saling lempar petasan dan kembang api. Suasana
pekuburan yang biasanya sunyi senyap dan berkesan angker justru berubah ramai, sangat
meriah, dan penuh cahaya pada malam menjelang natal. Bunyi petasan yang
memekakkan telinga bersahut-sahutan dimana-mana. Saling balas melempar kembang
api merupakan tradisi unik yang sudah jarang saya lihat sekarang ini. Tidak
jarang, perang petasan dan kembang api ini menimbulkan korban. Ada yang bajunya
sedikit hangus terkena lemparan kembang api. Ada juga yang kulitnya sampai
melepuh akibat kembang api mengenai tubuhnya. Tapi tidak akan ada yang namanya
perkelahian meskipun ada korban. Yang ada justru gelak tawa penuh kegirangan baik
dari pihak yang jadi korban maupun mereka yang merasa menang. Tradisi ini akan
diulang kembali menjelang malam tahun baru, biasanya hingga jam sepuluh malam.
Natal dan tahun baru biasanya juga merupakan momen untuk baku pasiar. Silaturahmi. Antara sesama
keluarga, tetangga, dan handai taulan. Karena Papa berstatus sebagai penatua di
gereja dan tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggal kami, maka rumah kami selalu
menjadi salah satu destinasi pasiar natal
sesama pelayan di gereja, tetangga, dan handai taulan. Biasanya mereka datang
dalam rombongan yang cukup besar.
Tradisi pasiar ini cukup menghibur dan unik karena tamu-tamu yang
datang biasanya akan membawakan masamper. Masamper merupakan bagian dari
tradisi suku Sangir. Suatu perpaduan olah vokal dan tarian khas suku Sangir. Yang
menarik dari masamper adalah perpaduan suara yang kompak dengan variasi spontan
dari suara sopran, mesosopran, alto, dan bas, atau yang oleh bahasa awam kami sering
disebut suara 1, 2, 3 dan 4. Bukan hanya lagunya yang menarik, tetapi juga
tariannya. Kalau belum tahu seperti
apa masamper itu, coba deh tonton video youtube ini: https://www.youtube.com/watch?v=sO7__lBW8tI.
Sayang memang, karena kecanggihan teknologi, masamper masa kini cuma jadi
sebatas tarian yang diiringi musik digital bernuansa remix, dan tidak lagi
dinyanyikan secara live. Seperti dalam video youtube ini: https://www.youtube.com/watch?v=9STwHI_eaOU.
Suasana kemeriahan akan terus terasa hingga menjelang tutup
tahun. Detik-detik pergantian tahun biasanya kami lewati dengan ibadah
keluarga. Papa – sebagai imam di tengah keluarga – akan memimpin ibadah
keluarga. Begitu tahun baru tiba, papa dan mama akan memeluk dan mencium kami
satu demi satu sambil mengucapkan selamat tahun baru. Momen ini kadangkala
diselingi sedikit isak tangis tanda haru.
Di tahun baru, pada jam makan siang, biasanya seluruh
keluarga besar akan berkumpul di rumah kami. Maklum, papa dan mama adalah
yang tertua diantara sanak saudara mereka. Setelah setahun sibuk dengan urusan
keluarga masing-masing, maka di tahun baru semuanya berkumpul, bercerita, bercanda,
dan tentu saja makan bersama. Sayang memang, momen-momen keluarga seperti itu
jarang didokumentasikan seperti sekarang.
Suasana tahun baru biasanya belum akan berhenti di tanggal 1
Januari. Bahkan, di beberapa tempat, kemeriahan tahun baru nanti akan ditutup
pada tanggal 31 Januari.
Yah, begitulah sedikit kenangan masa kecil saya ketika
merayakan natal dan tahun baru. Menuliskan ini mengingatkan saya pada lagu Natal
yang selalu diputar setiap bulan Desember tiba:
Kuingin mengulang lagi
Kenangan masa kecilku
Kenangan hari natal
yang bahagia
Akhirnya, selamat memasuki tahun yang baru. Tentu dengan
harapan baru, semangat baru, berkat yang baru, pergumulan yang baru pula. Satu
hal yang harus selalu kita ingat: TUHAN pasti akan senantiasa menyertai. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar